Pencarian

ROSARIO

Tidaklah cukup hanya mewartakan devosi ini pada orang lain, namun diri sendiri harus mempraktekkannya, karena tidak seorangpun dapat memberikan apa yang tidak dimilikinya.

Rahasia Rosario St.Montfort

Meditation Chimes

Kamis, Juni 18, 2009

Meditasi Anak


Fr. Laurence Freeman, OSB
Gereja Theresia, 23 Febuari 2009





Mengajar meditasi pada anak merupakan pengalaman yang mengesankan dan penting bagi orang tua, karena :

Kita sendiri akan semakin mengerti makna doa kontemplasi.
Kita turut serta dalam menghidupkan dan mengembangkan masa depan Gereja. Anak-anak yang sejak kecil bermeditasi akan mengenal doa yang benar dengan demikian kehidupan Gereja juga akan lebih baik.

Dalam Injil serta pengajaran tentang Kristus memiliki dua aspek yaitu :
1. Mistik
2. Moral

Kebanyakan kita lebih menekankan aspek moral saja pada anak-anak, padahal Yesus sendiri dalam pengajaran-Nya menyeimbangkan kedua aspek tersebut, yang sangat jelas diperlihatkan terutama dalam kisah Maria dan Marta (lihat Luk 10:38-42). Mengajarkan anak bermeditasi akan menyadarkan kita pentingnya keseimbangan tersebut. Pada saat membimbing kita akan belajar tentang hati yang murni.

Suatu waktu Fr. Laurence masih seorang frater, ia merasa enggan ketika diminta untuk mendampingi anak kecil bermeditasi, tapi ia menjadi tercengang ketika melihat betapa mudahnya anak-anak melakukan meditasi, dan sesudah bermeditasi mereka tidak bertanya apa-apa, mereka dapat menjalankan proses itu dengan sederhana. Awalnya beliau berpikir mungkin mereka tidak bertanya karena mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan tapi sewaktu mereka diminta menerangkan bagaimana cara bermeditasi, ternyata mereka dapat menerangkan dengan tepat dan benar.

Saat sekarang ini banyak diantara kita yang hidup di tengah krisis, terutama krisis finansial yang mengakibatkan penderitaan bagi yang lemah, juga krisis lingkungan karena tidak ada sikap peduli pada lingkungan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi di dunia ini maka kita perlu mempunyai pandangan yang juga mendunia tidak terbatas pada sudut pandang sendiri yang berpusat pada diri kita sendiri.

Seorang anak mempunyai sikap kontemplatif yang alami sejak dilahirkan, namun entah pada saat mana dalam kehidupannya mereka kehilangan keseimbangan itu. Tanggung jawab kita bersama untuk membina bagaimana keseimbangan tsb tetap ada pada anak. Untuk itu perlu mengerti apa arti kontemplasi pada anak sehingga kita dapat membantu mereka tetap kontak dengan-Nya. Pembimbing membantu mereka masuk dalam kehidupan dewasa dalam keadaan tetap stabil, tenang, jangan kejernihan-kejernihan hilang pada tahap perkembangan mereka yang membingungkan.

Penelitian dari Oxford menemukan bahwa pengalaman religius semasa anak-anak tetap teringat sampai dewasa, mereka tetap mengingat rasa bersatu dengan Tuhan. Pengalaman ini merupakan pengalaman yang mengesankan, namun anak-anak tidak tahu melukiskannya pada orang lain.

Anak-anak mendapat pengajaran rumusan-rumusan agama dari Gereja, tentang dasar-dasar moral Katolik, namun perlu diwaspadai bahwa pengajaran-pengajaran agama tidak selalu sejalan dengan pengalaman tentang Tuhan. Pengajaran yang tidak tepat dapat membuat anak belajar hanya karena takut akan hukuman bukan pertobatan yang sesungguhnya. .

Semakin tua seorang anak, pengalamannya tentang Kasih Allah semakin memudar, yang masih dimiliki adalah konsep yang tidak tepat tentang kabar gembira. Kebudayaan yang semakin sekular (duniawi) membuat kehidupan agama diorganisasi sebagai institusi..

Dasar mengajarkan meditasi anak adalah : Bermeditasi bersama mereka

Orang tua perlu mempraktekkan meditasi yang benar, mata terpejam, jangan ingin mengontrol apakah sikap anak sudah benar, karena bila saat anda mengintip, kebetulan anakpun mengintip anda maka ...... ☺. Harus dijauhi prinsip : “Lakukan apa yang kukatakan, tapi jangan lakukan apa yang kulakukan.”

Hal yang telah dilakukan dibeberapa sekolah dalam membawa anak bermeditasi adalah :

-Membacakan kisah-kisah Injil
-Memperagakan kisah Injil
-Anak-anak boleh meletakkan mainan kesayangannya untuk turut “bermeditasi”
-Meditasi dengan instruksi yang sederhana : duduk diam, tegak, tutup mata.
-Bantu anak-anak agar tenang karena Tuhan ada dalam kita dan Yesus ada dalam kita
-Bunyikan bel pada awal dan akhir meditasi
-Lama meditasi ± 10 menit

Lama meditasi relatif, tergantung umur anak, dianjurkan 1 menit/umur, namun ternyata mereka mampu lebih lama dari waktu untuk umurnya. Anak-anak bahkan dapat lebih hening dan tenang dari orang tua. Anak-anak terbukti mampu dan suka bermeditasi, dan mereka akan berkembang lebih bersahabat dengan teman.

Dalam masyarakat yang multi kultural, meditasi dapat dilakukan bersama karena dalam tiap agama memiliki cara bermeditasi sehingga mempunyai landasan yang sama untuk duduk bersama berbicara tentang kehadiran Tuhan. Kita bermeditasi dari mana kita berada.


Tiap anak mampu hadir dihadirat Tuhan dibandingkan orang tua, perkembangan jasmani dan intelektual memang seharusnya dan penting, namun bagaimana mempertahankan agar seorang dewasa tetap kontak dengan membuka hati pada kehadiran Allah. Bermeditasi bersama anak-anak akan membuat kita menemukan anak-anak yang murni merupakan guru kita. Sering orang dewasa lupa akan arti Kerajaan Allah, namun bila bertanggungjawab membantu anak untuk beriman, maka kita harus terbuka pada Allah sebagaimana mereka juga terbuka. Dalam Injil Lukas bab 10 ayat 21 dikatakan bahwa “...semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil...”

Ada kekeliruan dalam Gereja yang mengatakan kontemplasi merupakan hal yang rumit, hanya diperuntukkan untuk beberapa orang tertentu. St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa Kontemplasi adalah kegembiraan yang sederhana akan kebenaran. Terlihat bahwa anak-anak menemukan kegembiraan dalam realitas, hal ini jugalah yang menjadi undangan kita untuk berkontemplasi.

Untuk awal anak-anak diajar kata “Yesus” sebagai mantra. Mengucapkan kata doa adalah bagian dari doa, setelah terbiasa mulai dimasukkan kata “Maranatha”. Tapi anak juga dapat langsung mengucapkan kata “Maranatha” sejak awal mula, kata yang dianjurkan oleh Fr. John Main.

Yang perlu diingat oleh orang tua adalah :

-Jangan memaksa / menjadi keharusan
-Mempersalahkan bila mereka tidak bermeditasi
-Lakukan disiplin dengan lembut.

Khusus untuk anak-anak ‘broken home’, perlu mendapat cinta dan perhatian lebih. Sangat baik bila mereka melakukan meditasi karena mereka akan lebih awal menemukan Cinta yang ada dalam hatinya, pada tingkat yang lebih dalam akan muncul Kepercayaan. Bila pada masa muda sudah dapat menyingkapkan lukanya maka ia dapat berkembang dengan lebih baik, dibandingkan bila baru terungkap setelah dewasa karena luka-luka masih fresh, sehingga lebih mudah dibuka dan dibersihkan. Luka-luka yang terjadi cenderung ditekan di bawah sadar, dan muncul dalam tindakan-tindakan diluar kontrol. Meditasi memiliki kemampuan untuk melepas sesuatu yang sadar atau tanpa sadar kita tekan.

Meditasi tidak menukar bentuk doa-doa yang lain, meditasi membantu “menyederhanakan” bentuk-bentuk doa juga “menyederhanakan” hidup. Sering tanpa sadar kita membentuk permainan dengan Tuhan, sehingga doa-doa kita pada Tuhan menjadi tahayul / magis, ada tawar menawar dengan Tuhan. Ekaristi, membaca Kitab Suci dan meditasi merupakan doa yang primer sedang doa sekunder seperti novena, doa pada Santa-Santo. Melalui meditasi akan disadari dan dihayati penuh maksud dari doa yang dilakukan. Teologi Ekaristi sama dengan teologi meditasi yaitu teologi Kehadiran Tuhan, adalah menemukan kesatuan realita yang lahir dan terlihat dari luar.

Sebagai guru meditasi tidak hanya mengajar apa yang diinginkan tetapi memberi proses mengajar yang mengesankan dan membawa suka cita, kegembiraan dari cakrawala doa yang dibukakan.

Tidak ada komentar: