Pencarian

ROSARIO

Tidaklah cukup hanya mewartakan devosi ini pada orang lain, namun diri sendiri harus mempraktekkannya, karena tidak seorangpun dapat memberikan apa yang tidak dimilikinya.

Rahasia Rosario St.Montfort

Meditation Chimes

Selasa, Juni 30, 2009

Nasib Diawali Dari Pikiran


Jagalah pikiran-pikiranmu,
mereka menjadi kata-kata.

Jagalah kata-katamu,
mereka menjadi tindakan.

Jagalah tindakan-tindakanmu,
mereka menjadi kebiasaan.

Jagalah kebiasaan-kebiasaanmu,
mereka menjadi watak.

Jagalah watakmu,
mereka menjadi nasib

Jumat, Juni 26, 2009

My Way in My Wedding Day

Setiap kali mendengar lagu ini
Ada kenang yang mencuat
dari pahatan yang tertoreh di hati terdalam
pada seraut wajah dengan mata berkaca
yang melepas sebagian jiwa meninggalkannya
berharap di barat sana
putri tercinta meraup bahagia
Papa ...


MY WAY

And now, the end is near;
And so I face the final curtain.
My friend, Ill say it clear,
Ill state my case, of which Im certain.

Ive lived a life thats full.
Ive traveled each and evry highway;
And more, much more than this,
I did it my way.

Regrets, Ive had a few;
But then again, too few to mention.
I did what I had to do
And saw it through without exemption.

I planned each charted course;
Each careful step along the byway,
But more, much more than this,
I did it my way.

Yes, there were times, Im sure you knew
When I bit off more than I could chew.
But through it all, when there was doubt,
I ate it up and spit it out.
I faced it all and I stood tall;
And did it my way.

Ive loved, Ive laughed and cried.
Ive had my fill; my share of losing.
And now, as tears subside,
I find it all so amusing.

To think I did all that;
And may I say - not in a shy way,
No, oh no not me,
I did it my way.

For what is a man, what has he got?
If not himself, then he has naught.
To say the things he truly feels;
And not the words of one who kneels.
The record shows I took the blows -
And did it my way!

Jumat, Juni 19, 2009

Meditasi Jendela Berkenalan dengan Allah


Fakta bahwa semua orang adalah anak-anak Allah, acapkali membuat para anak Allah merasa sudah tahu tentang Allah. Tahu tentang Allah akan membuat banyak kata-kata dengan mudah meluncur berupa sedepa wacana yang terekam dengan baiknya di dalam otak, namun tak bergeming saat persoalan merebak menuntut bukti.

Sesungguhnya sebagai anak Allah tidaklah cukup hanya tahu tentangNya selain itu ada yang terpenting, yaitu mengenalNya secara pribadi. Identitas sebagai anak membawa misi duplikasi dengan Bapa, oleh karenanya sungguh sangat diperlukan pengenalan dan pengetahuan tentang Allah bagi semua penyandang misi ini. Allah adalah sedemikian agung dan Maha tak terbatas, tak seorangpun dapat berkata mengenal Bapa seperti Yesus mengenal Bapa. Diperlukan Rahmat serta keterbukaan hati seumur hidup untuk membiarkan Allah sendiri yang memperkenalkan diriNya.

Keterbukaan hati selalu ditandai oleh adanya atensi. Dalam keheningan dan ketenanganlah atensi mencapai puncaknya. Tidak ada keterbukaan hati tanpa hadirnya atensi, begitu pula sebaliknya.
Semakin tinggi tingkat atensi seseorang pada Allah, semakin lebar hatinya terbuka menanti anugrah duplikasi, dan yang pasti akan semakin menyatukan setiap anak-anak Allah apapun latar belakang keimanannya.

Jalan menuju keheningan serta ketenangan dapat dicapai melalui jalan meditasi, karena meditasi merangkum suasana hening dan tenang dalam atensi tinggi pada kehadiran Allah. Demikianlah sehingga meditasi merupakan jalan yang diawali dengan langkah pertama berupa kehendak hendak memberikan atensi pada Bapa semata, yaitu dengan keputusan sejenak meninggalkan segala gelombang dan riak yang mengekor dalam nalar selain membiarkan hati hanya terpaku pada KasihNYa.

Sesungguhnya kita hanyalah bejana-bejana rapuh yang begitu mudah berpaling mengikuti ego tersembunyi tanpa memiliki tali kekang pengendalian diri. Melalui sikap tubuh saat meditasi kita diajak menyadari apa yang kita miliki untuk mendampingi kerapuhan bejana diri ini. Mengontrol tubuh untuk diam dan berada di saat ini, merupakan karunia Allah yang telah ada secara umum bagi kita, ini merupakan hal termudah dan termungkin dari yang tidak mungkin kita lakukan untuk memiliki kekang pengendalian jiwa. Saat kita mau melakukan itu dengan setia, kita dapat melihat garis-garis retak bejana semakin memudar seiring bertumbuhnya Rahmat pengendalian pikiran, di mana kita terbentuk menjadi semakin sederhana dalam keegoan, semakin menduplikasi Kasih Bapa.

Meditasi Kristiani mengajarkan untuk meninggalkan segala hal yang merupakan pelanturan, yaitu hal-hal yang mengalihkan perhatian dari pengucapan mantra di dalam hati, walau hal tersebut adalah harapan-harapan atau rencana-rencana atau keadaan yang memberi kenyamanan bahkan yang terlihat amat rohani sekalipun. Walaupun Meditasi Kristiani tidak menjanjikan apa-apa, kita akan melihat bahwa persatuan dengan Allah secara intens selama bermeditasi secara teratur tidak pernah sia-sia. Banyak orang telah bercerita tentang keheranan mereka dengan perubahan baik dalam berpikir dan bertindak terutama ketika dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak nyaman, menjadi ada kontrol yang tidak dimiliki sebelumnya.

Berhati sebagai seorang anak yang baik, yang mencintai Bapa, tentu persatuan dengan Bapa di atas segalanya, Rahmat bukanlah tujuan utama, tentu kita tidak akan bersikap seperti anak-anak. Dalam suatu kesempatan kita dapat tersenyum geli bila mendengar celoteh anak kecil yang sangat senang bila kakeknya berkunjung, senang yang terkait coklat dan mainan-maian buah tangan sang kakek, namun kemudian terdengar keluhan bila kakek mulai dengan kecerewetannya, lalu ketika kakek pulang anak2 berharap kakek datang lagi, mungkin yang dimaksud oleh-oleh datang lagi, dasar anak-anak ;-)

Senantiasa memberikan atensi penuh di dalam persatuan denganNya melalui jalan bermeditasi berarti senantiasa membiarkan jendela-jendela hati terbuka membiarkan Kasih masuk memperkenalkan diri saat fajarNya menjelang. Memang bejana rapuhlah manusia ini, sehingga diperlukannya seumur hidup usaha mempertahankan jendela hati tetap terbuka, karena tidaklah cukup waktu kita untuk mengenal Allah yang maha tak terbatas, selain memanfaatkan waktu yang masih tersisa.

Segala usaha untuk tahu tentang Allah melalui pengetahuan yang tersedia dan mengenal Allah melalui pengalaman pribadi merupakan suatu proses seumur hidup, membiarkan proses itu berlangsung berati membiarkan pula Allah terus memproses kita menjadi semakin mirip denganNya.

Semoga pada saatNya Allah menemukan kita semua sungguh adalah anak-anakNya

Terinspirasi dari shering Rm Sing

Kamis, Juni 18, 2009

Meditasi Anak


Fr. Laurence Freeman, OSB
Gereja Theresia, 23 Febuari 2009





Mengajar meditasi pada anak merupakan pengalaman yang mengesankan dan penting bagi orang tua, karena :

Kita sendiri akan semakin mengerti makna doa kontemplasi.
Kita turut serta dalam menghidupkan dan mengembangkan masa depan Gereja. Anak-anak yang sejak kecil bermeditasi akan mengenal doa yang benar dengan demikian kehidupan Gereja juga akan lebih baik.

Dalam Injil serta pengajaran tentang Kristus memiliki dua aspek yaitu :
1. Mistik
2. Moral

Kebanyakan kita lebih menekankan aspek moral saja pada anak-anak, padahal Yesus sendiri dalam pengajaran-Nya menyeimbangkan kedua aspek tersebut, yang sangat jelas diperlihatkan terutama dalam kisah Maria dan Marta (lihat Luk 10:38-42). Mengajarkan anak bermeditasi akan menyadarkan kita pentingnya keseimbangan tersebut. Pada saat membimbing kita akan belajar tentang hati yang murni.

Suatu waktu Fr. Laurence masih seorang frater, ia merasa enggan ketika diminta untuk mendampingi anak kecil bermeditasi, tapi ia menjadi tercengang ketika melihat betapa mudahnya anak-anak melakukan meditasi, dan sesudah bermeditasi mereka tidak bertanya apa-apa, mereka dapat menjalankan proses itu dengan sederhana. Awalnya beliau berpikir mungkin mereka tidak bertanya karena mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan tapi sewaktu mereka diminta menerangkan bagaimana cara bermeditasi, ternyata mereka dapat menerangkan dengan tepat dan benar.

Saat sekarang ini banyak diantara kita yang hidup di tengah krisis, terutama krisis finansial yang mengakibatkan penderitaan bagi yang lemah, juga krisis lingkungan karena tidak ada sikap peduli pada lingkungan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi di dunia ini maka kita perlu mempunyai pandangan yang juga mendunia tidak terbatas pada sudut pandang sendiri yang berpusat pada diri kita sendiri.

Seorang anak mempunyai sikap kontemplatif yang alami sejak dilahirkan, namun entah pada saat mana dalam kehidupannya mereka kehilangan keseimbangan itu. Tanggung jawab kita bersama untuk membina bagaimana keseimbangan tsb tetap ada pada anak. Untuk itu perlu mengerti apa arti kontemplasi pada anak sehingga kita dapat membantu mereka tetap kontak dengan-Nya. Pembimbing membantu mereka masuk dalam kehidupan dewasa dalam keadaan tetap stabil, tenang, jangan kejernihan-kejernihan hilang pada tahap perkembangan mereka yang membingungkan.

Penelitian dari Oxford menemukan bahwa pengalaman religius semasa anak-anak tetap teringat sampai dewasa, mereka tetap mengingat rasa bersatu dengan Tuhan. Pengalaman ini merupakan pengalaman yang mengesankan, namun anak-anak tidak tahu melukiskannya pada orang lain.

Anak-anak mendapat pengajaran rumusan-rumusan agama dari Gereja, tentang dasar-dasar moral Katolik, namun perlu diwaspadai bahwa pengajaran-pengajaran agama tidak selalu sejalan dengan pengalaman tentang Tuhan. Pengajaran yang tidak tepat dapat membuat anak belajar hanya karena takut akan hukuman bukan pertobatan yang sesungguhnya. .

Semakin tua seorang anak, pengalamannya tentang Kasih Allah semakin memudar, yang masih dimiliki adalah konsep yang tidak tepat tentang kabar gembira. Kebudayaan yang semakin sekular (duniawi) membuat kehidupan agama diorganisasi sebagai institusi..

Dasar mengajarkan meditasi anak adalah : Bermeditasi bersama mereka

Orang tua perlu mempraktekkan meditasi yang benar, mata terpejam, jangan ingin mengontrol apakah sikap anak sudah benar, karena bila saat anda mengintip, kebetulan anakpun mengintip anda maka ...... ☺. Harus dijauhi prinsip : “Lakukan apa yang kukatakan, tapi jangan lakukan apa yang kulakukan.”

Hal yang telah dilakukan dibeberapa sekolah dalam membawa anak bermeditasi adalah :

-Membacakan kisah-kisah Injil
-Memperagakan kisah Injil
-Anak-anak boleh meletakkan mainan kesayangannya untuk turut “bermeditasi”
-Meditasi dengan instruksi yang sederhana : duduk diam, tegak, tutup mata.
-Bantu anak-anak agar tenang karena Tuhan ada dalam kita dan Yesus ada dalam kita
-Bunyikan bel pada awal dan akhir meditasi
-Lama meditasi ± 10 menit

Lama meditasi relatif, tergantung umur anak, dianjurkan 1 menit/umur, namun ternyata mereka mampu lebih lama dari waktu untuk umurnya. Anak-anak bahkan dapat lebih hening dan tenang dari orang tua. Anak-anak terbukti mampu dan suka bermeditasi, dan mereka akan berkembang lebih bersahabat dengan teman.

Dalam masyarakat yang multi kultural, meditasi dapat dilakukan bersama karena dalam tiap agama memiliki cara bermeditasi sehingga mempunyai landasan yang sama untuk duduk bersama berbicara tentang kehadiran Tuhan. Kita bermeditasi dari mana kita berada.


Tiap anak mampu hadir dihadirat Tuhan dibandingkan orang tua, perkembangan jasmani dan intelektual memang seharusnya dan penting, namun bagaimana mempertahankan agar seorang dewasa tetap kontak dengan membuka hati pada kehadiran Allah. Bermeditasi bersama anak-anak akan membuat kita menemukan anak-anak yang murni merupakan guru kita. Sering orang dewasa lupa akan arti Kerajaan Allah, namun bila bertanggungjawab membantu anak untuk beriman, maka kita harus terbuka pada Allah sebagaimana mereka juga terbuka. Dalam Injil Lukas bab 10 ayat 21 dikatakan bahwa “...semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil...”

Ada kekeliruan dalam Gereja yang mengatakan kontemplasi merupakan hal yang rumit, hanya diperuntukkan untuk beberapa orang tertentu. St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa Kontemplasi adalah kegembiraan yang sederhana akan kebenaran. Terlihat bahwa anak-anak menemukan kegembiraan dalam realitas, hal ini jugalah yang menjadi undangan kita untuk berkontemplasi.

Untuk awal anak-anak diajar kata “Yesus” sebagai mantra. Mengucapkan kata doa adalah bagian dari doa, setelah terbiasa mulai dimasukkan kata “Maranatha”. Tapi anak juga dapat langsung mengucapkan kata “Maranatha” sejak awal mula, kata yang dianjurkan oleh Fr. John Main.

Yang perlu diingat oleh orang tua adalah :

-Jangan memaksa / menjadi keharusan
-Mempersalahkan bila mereka tidak bermeditasi
-Lakukan disiplin dengan lembut.

Khusus untuk anak-anak ‘broken home’, perlu mendapat cinta dan perhatian lebih. Sangat baik bila mereka melakukan meditasi karena mereka akan lebih awal menemukan Cinta yang ada dalam hatinya, pada tingkat yang lebih dalam akan muncul Kepercayaan. Bila pada masa muda sudah dapat menyingkapkan lukanya maka ia dapat berkembang dengan lebih baik, dibandingkan bila baru terungkap setelah dewasa karena luka-luka masih fresh, sehingga lebih mudah dibuka dan dibersihkan. Luka-luka yang terjadi cenderung ditekan di bawah sadar, dan muncul dalam tindakan-tindakan diluar kontrol. Meditasi memiliki kemampuan untuk melepas sesuatu yang sadar atau tanpa sadar kita tekan.

Meditasi tidak menukar bentuk doa-doa yang lain, meditasi membantu “menyederhanakan” bentuk-bentuk doa juga “menyederhanakan” hidup. Sering tanpa sadar kita membentuk permainan dengan Tuhan, sehingga doa-doa kita pada Tuhan menjadi tahayul / magis, ada tawar menawar dengan Tuhan. Ekaristi, membaca Kitab Suci dan meditasi merupakan doa yang primer sedang doa sekunder seperti novena, doa pada Santa-Santo. Melalui meditasi akan disadari dan dihayati penuh maksud dari doa yang dilakukan. Teologi Ekaristi sama dengan teologi meditasi yaitu teologi Kehadiran Tuhan, adalah menemukan kesatuan realita yang lahir dan terlihat dari luar.

Sebagai guru meditasi tidak hanya mengajar apa yang diinginkan tetapi memberi proses mengajar yang mengesankan dan membawa suka cita, kegembiraan dari cakrawala doa yang dibukakan.

Tentang Keredahan Hati

Mengenali diri sendiri membuat kita berlutut dalam kerendahan hati.

CARA MEMPRAKTEKKAN KERENDAHAN HATI
oleh B. Teresa dari Calcutta

1. Mengurus urusan sendiri.
2. Tidak ingin mencampuri urusan orang lain.
3. Menghindari rasa ingin tahu.
4. Menerima pertentangan dan kritik dengan senang hati.
5. Tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain.
6. Menerima apabila dihina dan disakiti.
7. Menerima apabila diabaikan, dilupakan dan dibenci.
8. Tidak berusaha agar dikasihi dan dikagumi secara istimewa.
9. Lemah lembut dan ramah bahkan andai orang memancing amarah kita.
10.Tidak pernah menuntut agar dihargai.
11.Mengalah dalam perdebatan bahkan andai kita benar.
12.Selalu memilih yang tersulit.



17 BUKTI AKAN KURANGNYA KERENDAHAN HATI
oleh St. Josemaria Escriva

1. Berpikir bahwa apa yang dikatakan atau dilakukan lebih baik dari apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain.
2. Selalu ingin menuruti kemauan sendiri.
3. Berdebat dengan keras kepala dan dengan sikap yang kurang baik tanpa peduli benar atau salah.
4. Menyatakan pendapat ketika tidak diminta.
5. Memandang rendah pendapat orang lain.
6. Tidak menganggap bakat-bakat serta kemampuan diri sebagai pinjaman dari Tuhan.
7. Tidak menyadari bahwa diri sendiri tidak layak atas segala penghargaan dan pujian, bahkan tidak atas bumi tempatnya berpijak dan atas barang-barang yang dimiliki.
8. Membicarakan diri sendiri sebagai contoh dalam percakapan-percakapan.
9. Berbicara buruk tentang diri sendiri sehingga orang lain kagum atau menyanggah dengan pujian.
10. Membela diri apabila ditegur.
11. Menyembunyikan kesalahan-kesalahan yang memalukan dari pembimbing rohani, sehingga kesan baiknya terhadapmu tidak berkurang.
12. Senang menerima pujian dan penghargaan.
13. Sedih karena orang lain lebih dihargai.
14. Menolak melakukan pekerjaan-pekerjaan remeh.
15. Berusaha menonjolkan diri.
16. Mempercakapkan kejujuran, kecerdasan, kecakapan atau gengsi jabatan diri sendiri.
17. Merasa malu atas kekurangan diri sendiri.



LITANI KERENDAHAN HATI
oleh Kardinal Merry del Val

O Yesus! Yang lemah lembut dan rendah hati, dengarkanlah seruanku.
Dari hasrat untuk dihargai, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari hasrat untuk dikasihi, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari hasrat untuk dikagumi, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari hasrat untuk dihormati, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari hasrat untuk dipuji, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari hasrat untuk diistimewakan, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari hasrat untuk didengar, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari hasrat untuk diakui, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari rasa takut akan dihina, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari rasa takut akan direndahkan, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari rasa takut akan dicela, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari rasa takut akan difitnah, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari rasa takut akan diabaikan, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari rasa takut akan dilecehkan, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari rasa takut akan diperlakukan tidak adil, bebaskanlah aku ya Yesus.
Dari rasa takut akan dicurigai, bebaskanlah aku ya Yesus.

Semoga orang lain lebih dikasihi daripada aku, Yesus, berilah aku rahmat untuk menginginkannya.

Semoga orang lain lebih dihargai daripada aku, Yesus, berilah aku rahmat untuk menginginkannya.

Semoga dalam pandangan dunia, orang lain semakin tinggi dan aku semakin rendah, Yesus, berilah aku rahmat untuk menginginkannya.

Semoga orang lain dipilih dan aku ditolak, Yesus, berilah aku rahmat untuk menginginkannya.

Semoga orang lain dipuji dan aku diacuhkan, Yesus, berilah aku rahmat untuk menginginkannya.

Semoga orang lain lebih diutamakan daripada aku dalam segala hal, Yesus, berilah aku rahmat untuk menginginkannya.

Semoga orang lain menjadi lebih kudus daripada aku, sementara aku berusaha menjadi kudus seperti yang seharusnya, Yesus, berilah aku rahmat untuk menginginkannya.

Keheningan adalah awal kedamaian

Buah dari keheningan adalah doa

Buah dari doa adalah iman

Buah dari iman adalah cinta

Buah dari cinta adalah pelayanan

Buah dari pelayanan adalah kedamaian

Jadikanku Alat DamaiMu


Dari Doa
St. Fransiskus Asisi

Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,

Bila terjadi kebencian,
jadikanlah aku pembawa damai,

Bila terjadi penghinaan,
jadikanlah aku pembawa pengampunan,

Bila terjadi perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan,

Bila terjadi kebimbangan,
jadikanlah aku pembawa kepastian,

Bila terjadi kesesatan,
jadikanlah aku pembawa kebenaran,

Bila terjadi kesedihan,
jadikanlah aku sumber kegembiraan,

Bila terjadi kegelapan,
jadikanlah aku pembawa terang,

Tuhan semoga aku ingin
menghibur dari pada dihibur,

memahami dari pada dipahami,
mencintai dari pada dicintai,

sebab
dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci aku bangkit lagi,
untuk hidup selama-lamanya,

amin.

Rabu, Juni 17, 2009

Dosa Dapat Dihindari


Seorang gadis kecil bertanya kepada ayahnya,

"Ayah, bisakah seseorang melewati seumur hidupnya tanpa berbuat dosa?"
Ayahnya menjawab sambil tersenyum : tak mungkin, nak.

"Bisakah seseorang hidup setahun tanpa berbuat dosa?" tanyanya lagi.
Ayahnya berkata: tak mungkin, nak.

"Bisakah seseorang hidup sebulan tanpa berbuat dosa?"
Lagi-lagi ayahnya berkata : tak mungkin, nak.

"Bisakah seseorang hidup sehari saja tanpa berbuat dosa?" gadis kecil itu bertanya lagi.
Ayahnya mengernyitkan dahi dan berpikir keras untuk menjawab: mmmm..... mungkin bisa, nak.

"Lalu.... bisakah seseorang hidup satu jam tanpa dosa? tanpa berbuat jahat untuk beberapa saat, hanya waktu demi waktu saja, yah? Bisakah?"
Ayahnya tertawa dan berkata : Nah, kalau itu pasti bisa, nak.

Gadis kecil itu tersenyum lega dan berkata : Kalau begitu ayah, aku mau memperhatikan hidupku jam demi jam, waktu demi waktu, momen demi momen, supaya aku bisa belajar tidak berbuat dosa. Kurasa hidup jam demi jam lebih mudah dijalani, ya?

Selasa, Juni 16, 2009

Menghadirkan Shalom


Kata shalom sekarang biasa terdengar sebagai salam, kata yang sesungguhnya mendoakan agar orang yang disalami mendapat damai. Yesuspun mengajarkan dalam Doa Bapa Kami, agar kita memohon shalom (perdamaian, anti kekerasan): kmo ba-sya-mayim ke ba-arets (seperti di surga, begitu juga di bumi).

"Bagaimanakah shalom di surga itu, yang harus kita jadikan model shalom di bumi?".

Ternyata kuncinya terdapat dalam kata "surga" itu sendiri, yang dalam bahasa Ibrani: "syamayim".

Terdapat 2 kata yang bersembunyi di balik kata syamayim dimana sebenarnya merupakan 2 kata yang berlawanan, yaitu esy, "api" dan mayim, "air".
Air tidak menghilangkan api, dan api tidak melenyapkan air. Keduanya berada dalam posisi masing-masing.

Melalui kata syamayim, api dan air sebagai 2 unsur yang sangat berbeda telah didamaikan, tetapi tidak terlebur satu sama lainnya dan tidak saling meniadakan.

Jadi, kunci penghadiran shalom di bumi ialah bagaimana kita menciptakan ruang bagi yang lain: tidak saling memaksa, membunuh atau menghilangkan eksistensi pihak lain.

Pernah Aku Minta ... Tapi Tuhan Bilang ...TIDAK


Pernah aku minta pada Tuhan untuk mengambil kembali, mencabut, kesombongan dalam diriku.
Tapi Tuhan bilang, "Tidak! Kesombongan dan kebanggaan bukanlah sesuatu yang bisa dicomot, tapi haruslah kau redakan"

Pernah aku minta pada Tuhan untuk memberiku kesabaran.
Tapi Tuhan bilang, "Tidak! Kesabaran tumbuh dari penderitaan. Kesabaran tidak bisa dihadiahkan, tapi harus diasah."

Pernah aku minta pada Tuhan untuk memberiku kebahagiaan.
Tapi Tuhan bilang, "Tidak! Aku selalu merahmatimu. Tapi soal apakah itu memberimu kebahagiaan atau tidak, itu tergantung pada diri sendiri."

Pernah aku minta pada Tuhan untuk menjauhkan kesengsaraan dan penderitaan dari hidupku.
Tapi Tuhan bilang, "Tidak! Penderitaan menjauhmu dari hal-hal duniawi, dan lebih mendekatkanmu kepadaKu."

Pernah aku minta pada Tuhan untuk menumbuhkan imanku.
Tapi Tuhan bilang, "Tidak! Imanmu harus mesti kau tumbuhkan sendiri dalam hidupmu. Tapi jangan takut, Aku akan senantiasa membimbingmu agar imanmu bisa berbuah lebat. Bukankah Aku tak pernah berhenti mencintaiMu?!"

Pernah aku minta pada Tuhan untuk membantuku mencintai sesama seperti Ia mencintaiku
Dan Tuhan pun menjawab, "Ah, akhirnya kau paham juga."

Jangan Biarkan Ego Mendustai Cinta


Bila tak cukup berhati-hati,
segera saja kesedihan dapat berubah menjadi ketakutan yang mencekam.
Ketakutan akan kehilangan.
Ketakutan akan keterlepasan.
Itu pertanda, cinta terukir dalam goresan yang keliru.
Itu isyarat, cinta telah terjerat,
sebagaimana perangkap melumpuhkan rusa yang terperosok,
membiarkan diri terdekam dalam lubang gelap.
Padahal, kemelekatan adalah simpul terumit ketidakbahagiaan yang harus diurai,
yang berasal dari keinginan ego untuk memiliki.
Sedangkan cinta tak perlu memiliki.
Cinta selalu memberi.
Maka, tak ada yang diberikan sang ego, ke-aku-an,
selain penderitaan yang tak terperi.

Cinta yang tulus adalah padi,
yang telah para petani tanam dan tuai.
Sedangkan keinginan untuk memiliki adalah rumput-rumput gulma,
yang bila tak disiangi akan tumbuh lebih besar dari sang padi.
Mata yang buta menganggapnya padi.
Pikiran yang alpa mengharap panen darinya.
Padahal tak ada sebutir biji padi pun yang dapat ditanak dari beribu-ribu rumput gelagah.
Jadi, jangan biarkan ego mendustai cinta.

Itik Sebagai Teladan Karya Pelayanan


Berkaryalah sebagaima itik berenang di telaga.

Ia melaju dengan tenang dan cantiknya,
tanpa membuat permukaan air menjadi berkecipak dan berisik.
Ia pun tak perlu membuat sekujur tubuhnya basah kuyup atau merusakkan bulu-bulunya.
Bahkan, berenangnya itik itu sendiri selalu menambah keindahan pandangan seluruh telaga.

Namun, tahukah kita bahwa di dalam air ...
sepasang kakinya bekerja keras mengayuh-ayuh.
Dan, itu tak tampak oleh mata yang memandangnya.

Kita dapat berkarya dengan keras dan gigih.
Dan untuk itu, kita memang tak perlu menyembunyikan luruhan keringat dan tarikan nafas panjang kelelahan, namun kita dapat mengubahnya sebagai sebuah kesukacitaan.
Sukacita yang mempercantik telaga pelayanan, kolam tempat berkarya ... di keluarga ... di Gereja ... di masyarakat

Kredo Anti Kekerasan

oleh Serafin Dany Sanusi, OSC

Aku percaya akan Allah:
Pencipta alam semesta beserta isinya dan manusia yang mendiaminya
Pencipta kebaikan bagi seluruh manusia:
hitam, putih, coklat, merah, dan kuning
perempuan dan lelaki
orang tua, dewasa, muda, dan anak-anak.

Aku percaya bahwa semua itu diciptakan oleh Allah baik adanya
Aku pun percaya bahwa manusia seringkali menghianati kebaikan Allah.

Sebab, aku percaya:
Sampai saat ini peperangan masih melanda bumi manusia
Sampai saat ini kemiskinan masih menghinggapi jutaan manusia
Sampai saat ini pelacuran masih menjadi bagian dari hidup manusia
Sampai saat ini penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang masih dilindungi sang penguasa
Sampai saat ini jutaan orang tidak ada hasrat untuk sekolah
Sampai saat ini masih ada sistem pemerintahan yang korup, eksklusif, dan yang membodohi masyarakat

Aku percaya bahwa semua itu akibat
Keserakahan manusia
Kedegilan hati manusia
Kemunafikan manusia
Kesombongan manusia

Aku percaya akan Yesus Kristus yang sengsara, wafat, dan bangkit:
Demi menanggung keserakahan manusia
Demi menanggung kedegilan hati manusia
Demi menanggung kemunafikan manusia
Demi menanggung kesombongan manusia

Demi keharmonisan dunia
Demi terciptanya keadilan
Demi terciptanya langit dan bumi yang baru

Oleh karena itu, aku percaya:
Bahwa aku pun turut bertanggungjawab atas terjadinya peperangan di muka bumi
Bahwa aku pun turut bertanggungjawab atas terjadinya kemiskinan
Bahwa aku pun turut bertanggungjawab atas terjadinya pelacuran
Bahwa aku pun turut bertanggungjawab atas terjadinya penggunaan narkotik, kokain, dan obat-obatan terlarang
Bahwa aku pun turut bertanggungjawab atas terjadinya keengganan meneruskan sekolah
Bahwa aku pun turut bertanggungjawab atas terjadinya sistem pemerintahan yang korup, eksklusif, dan yang membodohi masyarakat.

Aku percaya akan Gereja Katolik yang kudus.
Maka aku pun percaya bahwa tugas utamaku adalah:
Menguduskan bumi ini
Menegakkan keadilan
Memerangi kemiskinan dan kebodohan
Demi terciptanya langit dan bumi yang baru.
Dan kehidupan yang kekal. Amin

Menumbuhkan Pengendalian Diri Lewat Pemilihan Kata


Kata-kata merupakan jendela terlebar bagi orang lain untuk memahami kita.

Bertindak dengan maksud membiarkan orang dapat menangkap ide-ide kita, diperlukan kata-kata yang dipilih dengan cermat.

Ini bukan tentang pelajaran seni berdiplomasi yang sering mengaburkan pesan.

Ini sekedar ajakan agar kita merenungkan dan menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan pikiran dan emosi kita.

Saat kita marah, renungkanlah kata-kata apa yang tepat untuk mengungkapkan kemarahan kita. Tanpa itu, mungkin kita meracau. Begitu pula saat emosi dasar lain sedang beraksi, jangan sampai perkataan kita mengecilkan keberadaan orang lain.

Memilih kata-kata yang tepat hanyalah ajakan untuk meningkatkan kesadaran agar kita mampu melihat pikiran dan emosi kita, mengambil jarak serta mengendalikannya.

Kata-kata semestinya menjadi alat kendali, bukan tersemburat keluar tanpa kita mampu mencegahnya.

Membiasakan diri berbicara secara verbal maupun non verbal dengan menggunakan kata yang terpilih, berarti pula membiarkan Roh Kudus berkarya menumbuhkan buah pengendalian diri.

Melatih Kepekaan Lewat Mendengarkan


Dengarkan. Bukan cuma mendengar, namun harus mendengarkan.

Mendengarkan adalah menyengaja mendengar.
Berikan perhatian yang tulus pada saat orang lain berbicara. Lidah harus dibekukan dan bibir ditutup rapat-rapat.

Orang terbiasa hidup dalam keriuhan yang terjadi di luar dan dalam diri mereka.
Mendengarkan adalah berusaha menyepikan diri dari perkataan diri-sendiri.

Tak perlu menyepakati atau menolak ucapan orang lain. Karena mendengarkan bukanlah menilai.
Mendengarkan menangkap fakta sepolos mungkin tanpa penilaian apa-apa.
Tunggulah hingga orang lain selesai berbicara.
Berikan komentar setelah yakin telah mendengarkan dengan seksama.

Mendengarkan adalah kualitas untuk hidup dalam ketenangan. Bila bersedia mendengarkan, siapapun akan mendengar suara-suara yang tak terucapkan.
Hembusan nafas, degub jantung, gemeretak otot, semilir rambut, adalah suara-suara jujur yang tak terucapkan lewat kata-kata.

Kita dianugerahi sepasang telinga untuk mendengar, dan sebongkah hati untuk mendengarkan.
Gunakan itu, maka kita akan menemukan rahasia-rahasia yang tersembunyi, termasuk spasi di antara dua buah kata. (KEPEKAAN)

Sabtu, Juni 13, 2009

Suka .. Sayang .. Cinta



Saat kau MENYUKAI seseorang, kau ingin memilikinya untuk keegoisanmu
sendiri.
Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan
bukan untuk dirimu sendiri.
Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk
kebahagiaannya walaupun kau harus mengorbankan jiwamu.

Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan
bertanya,"Bolehkah aku menciummu?"
Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan
bertanya,"Bolehkah aku memelukmu?"
Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan
menggenggam erat tangannya...

SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata "Sudahlah, jangan
menangis."
SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya.
CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya menangis di
pundakmu sambil berkata, "Mari kita selesaikan masalah ini bersama -
sama."

SUKA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Ia sangat cantik
dan menawan."
SAYANG adalah saat kau melihatnya kau akan melihatnya dari hatimu dan
bukan matamu.
CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Buatku dia adalah
anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padaku.."

Pada saat orang yang kau SUKAi menyakitimu, maka kau akan marah dan
tak mau lagi bicara padanya.
Pada saat orang yang kau SAYANGi menyakitimu, engkau akan menangis
untuknya.
Pada saat orang yang kau CINTAi menyakitimu, kau akan berkata, "Tak
apa dia hanya tak tau apa yang dia lakukan."

Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu.
Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA MEMILIH.
Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia
dan tulus...

SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan.
SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan.
CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimana keadaanmu.

SUKA adalah hal yang menuntut.
SAYANG adalah hal memberi dan menerima.
CINTA adalah hal yang memberi dengan rela.

Rabu, Juni 10, 2009

8 Prinsip Menghindari Stres Gaya Yesus



8 Prinsip Menghindari Stres Gaya Yesus
dari notulen pertemuan Sahabat St Teresa 13 Jan 2008
Rm.Felix OCD


Melihat lebih dalam pada kehidupan Yesus, akan memperlihatkan bahwa sesungguhnya kehidupanNya penuh dengan tekanan / stres, bahkan hampir tidak ada waktu untuk diri sendiri. Namun pada faktanya Yesus hidup dalam damai dan tenang, hal ini berkaitan dengan prinsip-prinsip hidup yang dibangunNya, prinsip-prinsip yang membuat bahagia di dalam tekanan.

Mengaplikasikan prinsip-prinsip Yesus membuat kita menjadi saksi-saksi Kristrus.

Prinsip-prinsip yang seharusnya menjadi teladan bagi kita sebagai kekasih dan muridNya adalah :

1. Identifikasi (mengenal siapakah aku ini ?)
Yesus memakai prinsip ini, mengenal diriNya dengan baik sehingga Ia berani mengungkapkan siapa diriNya tanpa takut. Yoh 8 :12 Aku adalah terang .... , Yoh 10:9 Aku adalah pintu ... . Dengan mengenal diri sendiri dalam segala kekurangan dan kelebihan membuat seseorang dapat menempatkan diri dengan benar. Banyak orang menderita dan stres karena memakai topeng, ada banyak hal yang ingin disembunyikan dari orang lain / mendua hati, sehingga kehidupan terasa tidak nyaman, dan walaupun begitu berupaya, standar realistik tidak akan pernah tercapai. Penyadaran siapa saya, bahwa kita berasal dari kasih Allah dan menjadi anak-anakNya, membuat hal lain tidak menjadi prioritas lagi

2. Dedikasi (kepada siapa yang harus ku senangkan ?)
Yesus yang begitu banyak berbuat baik sekalipun, banyak tidak disukai orang. Apa yang dilakukan tidak dapat memenuhi kesukaan bagi semua orang, tetap ada yang tidak puas, Namun Yesus tahu siapa sesungguhnya yang harus disenangkan, sehingga apa yang seharusnya dilakukan melulu hanya untuk menyenangkan hati Bapa. Yoh 5:30 Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Bila kita tidak sadar siapa yang harus kita senangkan maka kita akan menuai :
* Kritik
* Persaingan
* Konflik

Yesus mengajar dalam Mat 6:33, Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenaranNYa maka semuanya itu akan ditambahkan padamu. Bila kita fokus untuk menyenangkan Tuhan maka kita dapat menyederhanakan banyak hal, dan tidak mudah menyalahkan orang lain sebagai alasan untuk menyenangkan diri sendiri.

3. Organisir (tahu tingkat prioritas yang harus dikerjakan)
Yoh 8:14 Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tahu apa yang seharusnya dikerjakan, membuat kita tidak dikuasai orang lain atau situasi.

4. Konsentrasi (fokus pada satu hal dalam satu waktu)Yesus sering dituntut melakukan hal yang tidak direncanakanNya Luk 4:42-43 orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tapi Yesus mempunyai rencana sendiri yang harus di fokuskan, Ia tetap fokus pada satu hal, akan tidak mungkin berhasil baik tanpa fokus satu-satu.

5. Mendelegasikan
Janganlah ingin puas sendiri, menganggap di luar diri saya tidak akan berhasil. Lihat Yesus, walaupun Ia sanggup mengerjakan semua sendiri dengan sempurna, Ia tetap mendelegasikan tugasNya dengan memilih para rasul. Saat bersama adalah saat memampukan para rasul lewat pengajaran dan teladan, pada saatnya Yesus memberi kuasa atas roh dan mengutus para rasul Mk 3 : 1-35. Stres dapat muncul pada orang yang perfeksionisme dan orang yang merasa tidak aman, sehingga mereka tidak dapat mendelegasikan pekerjaan dan cenderung menyingkirkan orang lain.

6. Meditasi
Meditasi membuat kita menjadi habitat doa, manusia modern sukar berada dalam keheningan, mereka tidak tahan dalam hening dan menukarnya dengan elektronik seperti HP, komputer, MP3, TV. Maz 46:11 Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah. Kita perlu mencontoh Yesus untuk pagi-pagi setelah bangun tidur duduk santai dan berdoa menyerahkan rencana-rencana pada Tuhan , bila mungkin ikut misa harian, rencana itu kita persembahkan saat konsekrasi, lihatlah akan ada hasil yang menarik. Mk 1:35 Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.

7. Rekreasi
Cari waktu untuk menikmati hidup. Yesuspun setelah bekerja dan mendengar hasil pekerjaan para rasul pergi berekreasi dengan caraNYa, MK 6:31 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika. Yang dilakukan Yesus adalah prinsip relax. Saat dalam tekanan, berekreasi dengan keluarga seperti bersenda gurau dengan anak dapat membuat relax dan kembali bersemangat.

8. Trasformasi
Berikan beban pada Yesus Mat 11 : 28-30 Marilah padaku yang berbeban berat … , seperti Yesuspun menyerahkan stresNya pada Bapa di taman Getsemani. Karena kita tahu dan percaya bahwa beban yang kita tanggung merupakan jalan menuju kebaikan, dibalik kecewa ada makna yang tinggi. Yer 29:11 Rancangan Tuhan bukan …. , Rm 8:28 Tuhan turut bekerja ….

Hambatan yang membuat komunikasi macet :
1. Tidak mau mendengar ( lebih senang didengar)
2. Tidak bisa mempercayai orang
3. Tidak ada keterbukaan

Belajar Untuk Hidup


Saya belajar, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya. Saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai....

Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya.

Saya belajar, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik....

Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh, walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati....

Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya....

Saya belajar, bahwa sebaik-baiknya sahabat itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya..... dan untuk itu saya harus memaafkannya....

Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri...., kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus....

Saya belajar, bahwa tidak masalah berapa buruknya patah hati itu, dunia tidak pernah berhenti hanya gara-gara kesedihan saya....

Saya belajar, bahwa saya tidak dapat merubah seseorang, tapi semua itu tergantung dari diri mereka sendiri.... , hanya diri sendiri yang dapat saya rubah untuk lebih dalam lagi memiliki toleransi untuk memahami sifat dan sikap orang.

Saya belajar, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan....

Saya belajar, bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda

Selasa, Juni 09, 2009

Belajar Untuk Setia




Bicara Tentang Setia

Ada sebuah puisi bagus yang ditulis oleh Wendoko, yang bercerita tentang kesetiaan. Puisi yang berjudul Dongeng Sebelum Tidur (8) itu, merupakan sebuah narasi tentang seorang murid yang bertanya kepada gurunya tentang kesetiaan. Bait pembuka puisi itu pun ditulis dengan sebuah ucapan manis sang murid:

"Guru, ceritakan padaku tentang kesetiaan…"

Selanjutnya, teruntai sebuah kisah yang diceritakan sang guru tentang seorang pengawal istana yang "mengungkapkan cintanya pada selir kaisar." Jawaban sang selir:

…'Berdirilah di bawah jendela kamarku seratus hari dan seratus malam,

dan pada malam keseratus aku akan menjawabmu.'…

Mendengar jawaban selir tersebut, sang pengawal istana pun "berdiri dan berjaga di bawah jendela kekasihnya – di bawah kerindangan pohon yang-liu". Selama beberapa hari, pengawal itu terus menunggu dengan sabar dan setia, mungkin karena ada harapan besar yang tersimpan di hatinya. Setiap malam, sang selir pun terkadang "mengintip lewat sekat-sekat jendela kamarnya, dan mendapati si pengawal di balik kabut yang membeku." Ironis, ternyata kesetiaan bersifat antiklimaks. Karena kemudian:

"…Lalu, pada malam kesembilan puluh, pengawal kita ini / sudah begitu letih; mukanya pucat dan matanya berair. Ia memandang ke langit yang hitam, / cahaya bulan yang jatuh ke jendela kamar kekasihnya, dan bayang-bayangnya sendiri di atas / rumputan. Dan pada malam keseratus – satu jam sebelum waktu yang dijanjikan selir kaisar – / ia beranjak dari bawah pohon yang-liu…"

Entah apakah seuntai kisah yang diceritakan oleh sang guru, ketika muridnya bertanya tentang kesetiaan, bisa benar-benar mewakili arti setia. Dengan kata lain, setia (dengan imbuhan "ke – an" menjadi "kesetiaan") yang diilustrasikan hanya merupakan keteguhan sikap awal, untuk kemudian berangsur berkurang, atau bahkan hilang sama sekali. Karena banyak hal yang bisa menggambarkan arti setia, seperti puisi seorang teman (Widyawati Oktavia, 2004) berikut ini:

mari belajar tentang setia
pada ranting-ranting yang menunggu pucuk tumbuh
ditunggunya sampai menghijau
jika pun akhirnya daun luruh
itu karena musim telah berganti

mari belajar tentang setia
pada rintik yang selalu temani gerimis
pada kelam yang selalu sertai malam
setia yang tidak pernah pertaruhkan janji


Setia yang digambarkan dalam Mari Belajar Tentang Setia, merupakan setia yang lebih bersifat alamiah, dan tidak dipaksakan oleh janji. Mungkin itulah yang mematahkan setia pengawal istana kepada selir: keterikatan pada suatu janji, yang memiliki syarat! Tidak seperti pengawal yang disyaratkan menunggu seratus hari dan seratus malam, ranting-ranting hanya menunggu pucuk hingga menghijau, tanpa terikat janji dalam hitungan waktu. Ranting-ranting pun sadar akan konsekuensi dari sebuah penantian, karena ia tahu bahwa kelak daun akan luruh ketika musim berganti, dan tidak lagi hijau menghiasi pucuk.

Begitu pula dengan rintik dan kelam, masing-masing akan terus setia menemani gerimis dan malam, tanpa janji akan sebuah kebersamaan. Sebuah metafora yang sangat manis: sebuah setia tanpa syarat, tanpa janji akan kepemilikan.

Namun perlu diingat, kedua puisi di atas memiliki sifat yang berbeda, bahkan bisa dikatakan bertolak belakang. Dongeng Sebelum Tidur (8) merupakan refleksi atau hikmah atas arti sebuah kesetiaan, sedangkan Mari Belajar Tentang Setia merupakan proyeksi atau harapan ideal akan arti setia. Tapi tentu saja puisi bukan untuk dipertentangkan. Keduanya memiliki kesan yang dalam. Kesan untuk kembali bertanya tentang arti kesetiaan, juga setia.

Tentu kesetiaan tidak sama dengan setia. Kesetiaan merupakan kata benda, sedangkan setia merupakan kata sifat, yang dapat juga menjadi kata kerja. Seperti wujud materialistis (kata benda) lain, mungkin akan terkesan wajar apabila kesetiaan memiliki syarat, karena ada unsur kepemilikan di dalamnya. Sedangkan setia, tidak setiap insan memiliki sifat setia, atau mau melakukan setia. Butuh ikhlas untuk dapat setia.

Karena setia merupakan fragmen dari absurditas manusia, perjalanan manusia dalam setia pun bisa dikatakan layaknya Sisifus. Ketika berada dalam semangat setia yang tinggi, bisa dikatakan kalau manusia sedang mendorong batu besar ke atas sebuah bukit. Mungkin setia berada dalam alam bawah-sadar manusia, karena ketika kenyataan menyentuh alam sadar, akan timbul pertanyaan: "Layakkah ini dilakukan?" Saat pertanyaan itu hadir, saat itulah batu besar itu menggelinding jatuh. Namun, tentu saja semangat setia itu kembali hadir, batu besar itu pun akan kembali didorong ke atas.

Tentu saja setia tidak selalu hadir dalam melankoli hubungan cinta manusia. Setia dapat hadir dalam cita-cita, ataupun idealisme yang dimiliki manusia. Ketika Thomas Alfa Edison gagal dalam percobaannya yang ke 900, apakah ia pernah berpikir kalau ia dikutuk layaknya Sisifus? Tapi, seperti yang kita ketahui, ia akhirnya berhasil pada percobaan ke 1000. Terlihat bahwa setia terhadap cita-cita merupakan mantra pembebas kutukan Edison untuk menjadi Sisifus.

Setia terhadap idealisme, seperti layaknya memegang bara panas di tangan. Tidak banyak manusia yang mampu melakukannya, sebagian besar lebih memilih untuk melepaskan bara tersebut. Dapat dikatakan, bahwa setia terhadap idealisme memiliki konsekuensi: penderitaan.

Bicara tentang setia (dalam ranah cinta, cita-cita, dan idealisme), tidak semudah dalam melaksanakan. Bagaimanapun, setia tidak dapat dikonstruksikan sebagai sesuatu yang berakhir indah, bahkan sering berakhir getir. Tidak perlu kematian Romeo-Juliet untuk mengajarkan kita akan setia. Setia adalah sebuah pilihan, apapun akhir yang mungkin terjadi. Sebuah keputusan yang diambil dengan pertimbangan hati dan nurani. Seperti yang digambarkan dalam bait berikut

mari belajar tentang setia
cukup duduk di sini
perlahan, diam-diam
dengarkan bisik hati

Penguasaan Pikiran Membawa Perubahan Hidup

Betapa berharganya pikiran yang selama ini tertidur, menunggu dibangunkan dan digunakan untuk tujuan yang lebih tinggi. Betapa menakjubkan saat munculnya indikasi pertama dari perkembangan pribadi , saat kita dapat melihat keindahan dalam benda-benda yang paling biasa, saat kehidupan dapat dihargai dan peran Tuhan terlihat dalam tiap aspek kehidupan.

“Dunia ini” serta “dunia pribadi” adalah tempat yang sangat istimewa, dimana sukses “di luar” tiada artinya tanpa sukses “di dalam”. Pengendalian diri dan konsisten memperhatikan pikiran, tubuh dan jiwa penting untuk menemukan diri yang paling tinggi untuk dapat menjalani hidup sesuai dengan perutusan. Bagaimana dapat memperhatikan orang lain jika tidak dapat memperhatikan diri sendiri ? Bagaimana dapat melakukan hal yang baik jika tidak merasakan kebaikkan? Dan bagaimana dapat mencintai orang lain bila tidak dapat mencintai diri sendiri secara benar?

Gaya hidup yang kacau dan tidak seimbang membuat hidup dalam kehidupan stess. Mari kosongkan “cangkir kemapanan pikiran yang tertidur” supaya menjadi investasi diri yang terbaik yang dapat memperbaiki hidup sendiri juga kehidupan di sekitar. Hal yang hanya mungkin terjadi bila seni mencintai diri sendiri (berdamai dengan diri sendiri) terkuasai, sehingga dapat benar-benar mencintai orang lain. Hanya dengan membuka hati sendiri yang dapat menyentuh hati orang lain. Seperti yang di katakan Carl Jung : “ visimu akan menjadi jelas hanya jika kamu dapat melihat ke dalam hatimu. Mereka yang melihat ke luar akan bermimpi, mereka yang melihat ke dalam akan terbangunkan”.


Langkah pertama untuk membangunkan pikiran yang tertidur agar menjadi gudang kekuatan yang menakjubkan guna menikmati kehidupan adalah dengan merawat dan mengolah pikiran seperti mengolah sebuah taman yang subur dan penuh warna sehingga bunga-bunga di taman itu akan bermekaran lebih dari yang diharapkan, namun bila rumput liar dibiarkan berakar, kedamaian pikiran dan harmoni batin akan menghindar dari kehidupan. Kecemasan menghabiskan kekuatan pikiran, cepat atau lambat akan melukai jiwa. Untuk menjalani kehidupan yang paling lengkap, engkau harus berdiri menjaga pintu gerbang tamanmu, hanya informasi terbaik yang boleh masuk, menajemen pikiran merupakan inti dari menajemen hidup.

Kita tidak dapat mengendalikan cuaca atau suasana di sekitar kita, tapi tentu saja kita dapat mengendalikan perilaku kita pada hal-hal tersebut. Semua orang memiliki kekuatan untuk menentukan apa yang dipikir, inilah bagian yang membuat kita menjadi manusia. Mencari hal positif dalam setiap situasi akan membawa hidup pada dimensi tertinggi.

Dunia di luar merefleksikan keadaan dunia batin. Dengan mengendalikan pemikiran yang dipikir dan cara merespon kejadian-kejadian di dalam hidup , takdir mulai terkendali. Tak ada yang namanya pengalaman negatif, yang ada hanyalah kesempatan untuk berkembang, belajar dan kemajuan di sepanjang jalan menuju penguasaan diri. Dari perjuangan muncul kekuatan, bahkan rasa sakitpun dapat menjadi guru yang sangat baik. Berhenti menghakimi kejadian yang dialami sebagai kejadian positif atau negatif. Alami , rayakan dan pelajari kejadian tersebut, karena tiap kejadian menawarkan pelajaran kecil yang mengisi perkembangan lahir dan batin.

Saat hasil yang diharapkan tidak seperti yang diharapkan, saat kecewa menghampiri, ingatlah hukum alam yang selalu meyakinkan bahwa ketika satu pintu tertutup, pasti ada pintu lain yang terbuka.

Mengkondisikan pikiran dan menterjemahkan setiap kejadian menjadi hal yang positif dan terkendali, akan mengusir kecemasan yang merupakan kebocoran pada energi dan potensi yang berharga dan membuat terhenti menjadi tawanan masa lalu, sebaliknya jadilah arsitek masa depan. Mulailah hidup dengan kebesaran imajinasi bukan dengan memori karena segala sesuatu diciptakan dua kali, pertama dalam pikiran baru kedua dalam realita. Pikiran adalah pembantu yang baik namun tuan yang sangat buruk. Jika ingin menjalani kehidupan yang damai dan bermakna maka harus senantiasa memikirkan hal-hal yang lebih damai dan lebih bermakna.

What a Wonderful World (Shadow Puppet)

Setiap kali takjub akan keindahan keheningan, senyum hangat, suara alam,
setiap kali pula teringat untaian puitis dendang Louis Armstrong, di balik seraut wajah jenaka teman yang mengirimkan clip indah ini Rm Gun SMM.




WHAT A WONDERFUL WORLD

I see trees of green, red roses too
I see them bloom for me and you
And I say to myself
What wonderful world

I see skies of blue and clouds of white
Bright sunny days, dark sacred nights
And I think to myself
What a wonderful world

The colors of the rainbow are so pretty in the skies
Are also on the faces of people walking by
I see friends shaking hands saying
How do you do?
They're really saying
I love you

I see babies cry, I watch them grow
They'll learn much more than I'll ever know
And I think to myself
What a wonderful world
Yes, I think to myself
What a wonderful world

And I say to myself
What a wonderful world

Buka Pintu Hati (Ajahn Brahm)


Orang di jaman sekarang terlalu banyak berpikir.
Kalau saja mereka mengurangi proses berpikir mereka sedikit,
maka hidup mereka anda akan menjadi jauh lebih gampang.

Di vihara kami di Thailand, setiap minggu di suatu malam,
bhikkhu-bhikkhu begadang melewatkan waktu tidur mereka untuk
bermeditasi semalaman di ruang utama. Ini sudah menjadi
tradisi bhikkhu hutan. Tidaklah terlalu berat, karena kami
selalu bisa tidur di pagi harinya.

Suatu pagi, sesudah semalaman bermeditasi, ketika kami sudah
siap kembali ke pondok masing-masing untuk tidur, kepala
vihara memanggil seorang bhikkhu junior, orang Australia.
Betapa kecewanya dia karena kepala vihara memberikan dia
setumpukan besar jubah untuk dicuci, seraya menyuruhnya
untuk melakukannya sekarang juga. Sudah menjadi tradisi kami
untuk membantu kepala vihara mencuci jubahnya dan juga
melayaninya melakukan hal-hal kecil lainnya.

Ini merupakan pekerjaan mencuci yang banyak. Lagipula,
seluruh cucian harus dikerjakan dengan cara tradisional ala
bhikkhu hutan. Air harus ditimba dari sumur, membuat api
besar dan memasaknya sampai mendidih. Potongan kayu dari
pohon nangka harus dipotong menjadi kepingan-kepingan kecil
dengan menggunakan kapak. Potongan kecil tersebut dimasukkan
ke dalam air mendidih tadi untuk mengeluarkan sarinya, yang
berfungsi sebagai "deterjen". Lalu setiap jubah diletakkan
secara terpisah di dalam sebuah bak kayu yang panjang,
kemudian air mendidih kecoklatan itu ditumpahkan ke
dalamnya. Jubah-jubah itu kemudian dipukul-pukul dengan
tangan sampai bersih. Bhikkhu itu kemudian harus
mengeringkannya di bawah sinar matahari, membolak-baliknya
secara teratur agar pewarna alaminya tidak luntur. Mencuci
satu jubah saja sudah lama dan repot. Mencuci sebegitu
banyak jubah membutuhkan waktu berjam-jam. Si bhikkhu muda
Brisbane ini sudah lelah semalaman tidak tidur. Saya kasihan
juga kepadanya.

Saya datang ke pelataran tempat mencuci itu untuk
membantunya. Sesampai di sana, dia sedang memaki-maki, lebih
condong ke tradisi Brisbane daripada tradisi Buddhis. Dia
mengeluhkan betapa tidak adil dan kejamnya. "Tidak bisakah
kepala vihara menunggu sampai besok? Tidakkah dia menyadari
bahwa saya tidak tidur semalaman? Saya tidak menjadi bhikkhu
untuk mencuci!" Kata-katanya tidak persis seperti itu, tapi
itulah yang masih cukup sopan untuk ditulis di sini.

Saat itu terjadi, saya telah menjadi bhikkhu selama beberapa
tahun. Saya mengerti yang dia alami dan tahu jalan keluar
dari permasalahannya. Saya berkata kepadanya, "Berpikir jauh
lebih berat daripada mengerjakannya."

Dia menjadi terdiam dan memandang saya. Setelah beberapa
lama berdiam diri, tanpa berkata apa-apa dia kembali bekerja
dan saya kembali ke tempat untuk tidur. Belakangan di hari
itu, dia datang menemui saya untuk mengucapkan terima kasih
atas bantuan saya mencuci jubah. Memang benar, dia
menyadari, berpikir adalah bagian yang terberat. Ketika dia
berhenti mengeluh dan hanya mengerjakan cuciannya, sama
sekali tidak ada masalah.

Bagian terberat dari segala hal dalam hidup adalah
memikirkannya.

Pygmalion


Hukum Pygmalion
Hukum Berpikir Positif ..

Konon Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.

Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."
Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu"..
Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya."
Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah, sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu."

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka
memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul.. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,

Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.
Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.
Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak
bahagia.

Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai..

Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.

Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan.. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi
akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.,_ __